Kamis, 20 Agustus 2009

Namanya Mbok Tin..

Nama lengkapnya Sutini, tapi orang orang lebih sering memanggilnya mbok tin. Seorang wanita paruh baya penjual makanan sarapan pagi di jalan malioboro, Jogjakarta. Tak seberapa jauh dari Malioboro Mall. Bukan siapa siapa. Bukan Presiden, bukan menteri, bukan aparat negara, bukan pengusaha. Beliau hanyalah seorang pedagang, dari ribuan pedagang yg mengais rizki di jalan paling terkenal di Jogja. Beliau hanyalah satu dari berjuta penduduk Jogja, dan hanya satu dari dua ratus juta lebih penduduk Indonesia.

Wanita gigih ini mempunyai 5 orang anak, 4 dari mereka telah berkeluarga, dan 9 orang cucu. Dmana anakny yg bungsu yg bru mau masuk smp, lebih muda dibanding cucu pertamanya. Suami beliau telah meninggal 5 tahun lalu. Sehingga tinggallah beliau hidup bersama anak bungsunya. Sepulang berjualan di Malioboro, beliau masih bekerja membuat anyaman bambu. Penghasilannya sehari hari hanya cukup untuk makan beliau dan anak bungsunya plus sedikit untuk biaya sekolah anaknya. Beliau sangat bersyukur krn sekolah skrg sudah gratis, mengingat biaya hidup yg semakin tinggi. Beliau orang yg taat beragama. Selalu berusaha menyempatkan sholat 5 waktu tepat waktu...

Lalu apa yg membuatny menjadi luar biasa di mata saya?

Kejadiannya bermula ketika saya sarapan nasi gudeg di tempat beliau berjualan... Awalny kami tidak saling bertegur sapa karena beliau sedang sibuk melayani pembeli lain. namun saat sedang tidak sibuk, sy mencoba mengajaknya mengobrol. Selalu menyenangkan. Krn sy tau, sy akan dapat bnyk hal dari beliau..

Dan, seperti lumrahnya pembeli, selesai makan, sy pun membyrnya.. Tidak ada sesuatu yg spesial sampai sy mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkanny untuk berjalan jalan di malioboro. Saat sy sedang membeli pulsa, tak jauh dr tempatny berjualan, sy melihat beliau berlari menuju saya, tanpa alas kaki..

"Nak, niki hape ne tertinggal tadi"ujar beliau.

Subhanallah, seketika itu sy menangis dan langsung mencium tangannya

Minggu, 16 Agustus 2009

Melihat Sisi Lain Jakarta







Ada satu pemandangan menarik, yang selalu membuat saya miris, tatkala menaiki kereta penumpang lokal membelah ibukota, DKI Jakarta. Saya pun sangat menyadari, bahwa pemandangan itu pasti akan diperlihatkan oleh sang jakarta kepada saya. Tak peduli saya berbalut Kereta Ekspress, ekonomi lokal, KRL ekonomi, atau bahkan saat saya berdinding kabin masinis.

Kali ini saya menyusuri jakarta menggunakan Kereta ekonomi lokal rangkas, dari Stasiun Pondok Ranji sampai ke Stasiun Kemayoran. Beranjak dari Stasiun Pondok Ranji kurang lebih pukul 14.40. Terakhir saya naek kereta api sejenis, kira kira 5 tahun lalu, 2004. Tetapi tidak ingat tanggal persisnya.

Ternyata sudah banyak berubah, interior kereta sudah dibenahi, kursi kursi sudah berganti. Sehingga seperti kursi Kopaja. Dengan komposisi kursi dengan lebar yang sama, baik di sisi kanan maupun kiri kereta. Terlihat lebih lapang dibanding lima tahun yang lalu. Kursi kursi itu dibuat tanpa nomor, dan secara logika, dibuat untuk, masing masing diduduki oleh dua orang. Namun, pada kenyataan nya, banyak yang diduduki oleh tiga orang.

Hampir disepanjang perjalanan, saya disuguhi pemandangan yang miris. Bangunan bangunan di sepanjang tepi jalur kereta api, -entah bangunan liar atau bangunan jinak-
, berbaris tidak rapi dan tidak layak huni. Amat sangat tidak layak huni. Semakin ironis saat saya melihat lebih jauh, dimana dibalik bangunan bangunan tersebut, berjajar dengan sangat rapi, bangunan bangunan permanen yang terlihat sangat kokoh. Dan banyak diantaranya terlihat mewah.
Inilah potret Jakarta sesungguhnya. Bukan hanya di Gedung MPR/DPR. Bukan hanya di Monas. Bukan di Istana Negara, Bukan hanya di Jalan jalan protokol yang selalu menawarkan kemacetan, yang di sekelilingnya terdapat Gedung gedung bertingkat tingkat yang mencakar langit Jakarta.

Saat sang ular besi akan memasuki stasiun Kampung Bandan, pemandangan terlihat jauh lebih mengenaskan. Tak ingin saya menuliskannya disini, Karena itu hanya akan membuat para pejuang pejuang Bangsa ini semakin menangis. Pejuang yang telah mengorbankan apapun demi Kemerdekaan bangsa ini.

Sesaat saya mengalihkan pandangan ke dalam kereta. Ah lagi lagi pemandangannya membuat saya mengerutkan dahi. Inikah Indonesia saya yang katanya sudah Merdeka.. Inikah Jakarta saya yang katanya Kota Megapolitan. Pedagang asongan yang tak berhenti bergerak. Mengayunkan kakinya menyusuri sepanjang sepuluh gerbong dalam rangkaian kereta ini. Berpeluh mulai dari pagi pagi buta hingga malam mendekat. hanya untuk mencari uang untuk dirinya dan keluarganya. Mungkin hanya sebatas "asalkan cukup untuk makan besok". Yang jumlahnya terkadang masih dibawah makan malam saya.. Fiuh....ingin rasanya saya menangis..

Inilah potret Jakarta sesungguhnya. Atau jakarta mayoritas. Inilah indonesiaku yang hari esok genap berusia 64 tahun. Inilah Angkutan umum kelas rakyat yang sesungguhnya. Ingin saya mengucapkan terima kasih yang amat sangat kepada PT Kereta Api Indonesia yang telah menyediakan hatinya untuk mengadakan angkutan murah meriah seperti ini. Bayangkan, hanya dengan seribu lima ratus rupiah saja. Lebih murah dari parkir sebuah mobil selama 5 menit saja.

Dan..akhirnya tepat pukul 15.35, kereta berhenti di stasiun Kemayoran, saatnya meninggalkan angkutan ini dengan senyum. Dirgahayu PT KAI, Dirgahayu Indonesiaku

Selasa, 04 Agustus 2009

Karena malam tidaklah kelam

Cerita tentang malam tak selamanya kelam.

Karena malam tak melulu hitam.

Lihat..

Bintang yang berjajar jajar

Cahaya yang berkejar kejar

Damar damar berkibar

Dalam sabar.

Resapkan

Dalam ingatan

Cerita lalu yg telah usang

Semakin usang setelah petang

Petang berlalu tersingkap terang

terang malam

karena malam tidaklah kelam

(inspirasi dari taman ponjay. 21.30wib)

Sabtu, 01 Agustus 2009

Tanyakan pada langit dan bumi

Ada bayang yang tak pernah pergi
Ada tawa yang terekam dalam ingat
Ada nama yang selalu mendiami
Pada hati…bangkitkan semangat diri
Meretas jiwa tuk lalui hari hari

Ada keyakinan yang tak ternilai
Dalam Jutaan penantian yang tak terurai
Meninggalkan sepenggal kelam terlalui
Tanpa daya layaknya angsana yang jatuh, helai demi helai

Hening....

Dan, sang jingga terlihat kembali
Bergelayut dalam fatamorgana
Berlari di ujung serpihan retakan kaca
Bergumam bersama hujan
Semu.

Sengaja kubisikkan kalimat cinta untukmu walau hanya sesaat
sebuah harapan, berdengung sepanjang masa dijiwamu
Sengaja kutulis bait indah ini hanya untukmu
Agar kamu menyimpannya
Dalam sadar atau tanpa sadar.

tanyakan pada langit dan bumi
mereka pun tahu
Aku mencintaimu

Sabtu, 25 Juli 2009

Hujan, dan kenangan bersamanya



Karachi - Hujan deras yang terjadi di Karachi, Pakistan menyebabkan 26 orang tewas serta ratusan lainnya luka-luka. Korban tewas rata-rata perempuan dan anak-anak.

Seperti dilansir AFP, Senin (20/7/2009), hujan deras yang melanda kawasan tersebut sejak Sabtu 18 Juli membuat beberapa kawasan di Pakistan banjir. Korban tewas kebanyakan tertimpa reruntuhan bangunan yang ambruk akibat banjir serta tersengat arus listrik.


Badan Meteorologi setempat mengatakan, banjir ini terjadi lantaran hujan yang tak kunjung reda hingga berhari-hari di Provinsi Sindh.


"Informasi yang kami terima 26 orang dinyatakan tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Kita tetapkan tanggap darurat, karena kita tidak bisa mengatasinya secara alamiah," kata pejabat setempat, Mustafa Kamal seperti dikutip AFP.


"Banyak jembatan yang putus, jalan tergenang banjir akibat hujan yang tak berhenti selama lebih dari 48 jam ini," imbuhnya.

(sumber : detiknews.com Senin, 20/07/2009 01:09 WIB)

Hujan yang datang selama beberapa hari memberikan berkah bagi sebagian pihak. Salah satu yang mereguk keuntungan dengan datangnya musim hujan adalah pebisnis pencucian mobil dan cuci motor.

Agus, pengelola jasa cuci motor dan cuci mobil “Bersih” di kawasan Jalan Nias mengaku sangat menanti-nantikan datangnya musim hujan. Pasalnya, omzetnya selalu meningkat drastis ketika musim hujan datang.

“Jika hari-hari dimusim kemarau paling yang pencucian motor rata-rata 25 motor perhari. Dengan datangnya musim hujan, bisa sampai 75 motor per hari. Bahkan pernah juga sampai 100 motor,” ungkap Agus, Rabu (29/10/2008).

Meski enggan mengungkapkan omzet usaha cuci motornya perhari, dengan tarif Rp 7.000 untuk cuci dan poles bagi sepeda motor bebek dan Rp 8.000 untuk sepeda motor “laki-laki”, bisa diperkirakan berapa besar penghasilannya perhari. Terlebih dikala musim hujan.

Pengharapan yang sama juga diungkapkan Syaiful, pengelola usaha cuci motor di kawasan Jalan Indragiri. Bagi pria berkacamata ini, musim hujan berarti datangnya rejeki besar.

“Rata-rata kalau musim hujan bisa sampai 75 motor mas. Maklum di sini kan ada beberapa tempat yang membuka jasa cuci motor. Jadi ya harus berbagi,” terangnya.

Yang menarik, saat Agus dan Syaiful ditanya tentang krisis finansial global yang membuat beberapa sektor bisnis bergejolak, mereka hanya tertawa dan mengaku bisnis cuci mereka tak terpengaruh krisis.

beritajatim.com

Hujan, ada yang menantikan kedatangannya, ada pula yang menyesali kedatangannya, ada yang diuntungkan karenanya, ada pula yang merasa dirugikan olehnya, tapi aku selalu menyukai hujan. Dalam kondisi dan aktivitas apapun. Mungkin aku menyukai perasaan sentimentil di dalamnya, Mungkin terkadang aku direpotkan olehnya. Tapi aku benar-benar suka, melihat bumi begitu teduh disiram air dari Sang pencipta. Aku suka angin dingin yang biasa menyertainya. Aku menikmati saat saat dimana aku terlarut dalam ke-menggigil-anku. Saat saat butir butir hujan menyentuh rambutku, mengalir menumpahi seluruh wajahku. Aku suka bau tanah basah, bau aspal jalan yang basah, dan bentuk rintik rintiknya saat memantul tak sempurna di jalan aspal yang menghitam.


Saat air hujan mampu menerobos atap rumahku, merayap cepat di dinding dan membasahi lantai rumahku. Saat aku harus menyingkirkan semua alat elektronik yang keluargaku miliki. Saat aku harus mengepelnya mendorongnya keluar rumah. Di bagian rumah yang lain, ayah ibuku sibuk mencari ember, baskom, atau apapun yang mereka yakin bias menadah kebocorannya. Atau saat saat hujan tiga kali menjadi saksi putusnya hubungan ku. Atau saat hujan ikut meratapi kepergian sahabatku, di sebuah lapangan basket tak jauh dari rumahnya. Saat Saat airmataku larut bersamanya.. Saat hujan mengiringiku mengantarnya ke rumah sakit. Namun tak tertolong. Hujan pun mengiringi pemakamannya. Tapi aku tetap suka hujan.


Aku suka mengamati orang-orang menanggapi turunnya hujan; mereka yang berusaha melindungi diri maupun yang menerimanya, mereka yang berlari menghindari maupun yang menerobosnya. Menggerutu ataupun berucap hamdalah. Aku suka melihat tanggapan alam atas curahan butiran-butirannya; melihat sungai yang bersemangat mengalir, tanah becek yang muram, aspal yang pasrah dan daun yang tunduk atas karuniaNya. Saat anak anak kampung itu tetap melanjutkan bermain sepakbola. Bunyi hujan menempa benda apapun menyampaikan keberadaan benda itu pada kita. Kita jadi meresapi keberadaan pohon, atap, mobil, motor, aspal, tanah yang tak rata, rumah, jendela, baju, manusia-manusia lain, makhluk-makhluk selain manusia, ataupun kekasih yang merapat dalam pelukan saat menerobos hujan.


Dan ternyata saat hujan merupakan saat yang mustajabah untuk berdo'a padaNya. Mungkin karena perasaan sentimentil yang mudah dirasakan saat hujan datang. Mungkin karena manusia yang berfikir akan merasa kecil atas sistem alam yang dibuatNya. Mungkin karena manusia jadi menyadari keberadaan makhluk dan benda lain disekitarnya pada saat hujan.

Aku suka hujan, dan sejuta kenangan bersama hujan...

Kamis, 23 Juli 2009

Anak jalanan. Realita dan impian





Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Tuh kalimat sering banget ditanyain ma guru gw di SD berpuluh puluh (baca : beberapa ) tahun yang lalu. Pasal 34 Undang Undang Dasar Negara republic Indonesia ( bacanya Endonesia ) Tahun 1945. Kata guru gw dulu bacanya harus lengkap, ga boleh disingkat singkat. Ga tau sekarang udah berubah apa belon.

Entah tiba tiba kata kata itu tiba tiba muncul di kamar kosan gw tadi pagi. Gara gara iklan di Global TV soal acara Indonesia Kids Choice Award 2009 malem ini. Loh… nyambungnya kemana ya….

Gara gara itu gw jadi inget beberapa hari sebelumnya saat gw -lagi lagi- naek KRL ekonomi Jabotabek, ( dan hari2 sebelumnya juga ) jam setengah 2 dari pondok ranji ke manggarai… Selepas Stasiun Tanah Abang, menurut statistic, isi kereta itu hanya 53% laki laki, 47 % perempuan ( yang banci gw masukin laki laki, biar ga ribed ). 10 orang kondektur yang sok galak, sedikit masinis, satu orang ganteng, beberapa pedagang. Dan yang mengenaskan adalah isinya 40 % penumpang dan 60% anak jalanan. ( persentase anak jalanannya mungkin lebih ). Wow....

Yang jadi pikiran gw, anak jalanan termasuk anak terlantar ga siy…? Kembali ke pokok utama. Miris bgt ngeliat mereka berkeliaran di kereta, dengan pakaian yang ga layak, tampang acak acakan, dan banyak yang ga pake sandal. Apalagi sepatu…
Beberapa orang tidak mempedulikan anak-anak ini, tetapi ada juga penumpang yang merogoh kantong memberi uang. Uang yang memang sudah dipersiapkan untuk keperluan seperti ini, ataupun keperluan lain juga.

Di luar sana, terlihat dari dalam kereta api, beberapa orang anak, memakai pakaian, putih hijau, seragam khas sebuah sekolah dasar ternama di kota ini, sedang bercanda berlari lari membawa tas punggung yang terlihat kebesaran. Pakaian mereka bagus, wajah mereka bersih. Ingin rasanya membandingkan mereka yang diluar dengan yang di dalam kereta ini. Satu hal yang kusayangkan. Presiden tidak naik kereta ini. Kalaupun presiden naik kereta ini, pastilah mereka sudah diusir terlebih dahulu oleh para ajudan Sang Presiden.

Masih di wilayah yang sama, hanya beberapa kilometer dari lokasi pertama. Siang itu pemandangan di pertigaan Gellael Tebet, tidak berbeda dengan hari-hari biasa. Pemandangan ketika lampu lalu lintas menyala merah. Pemandangan ketika anak-anak jalanan berhamburan menghampiri orang-orang yang terpaksa berhenti. Pemandangan ketika anak-anak menjulurkan tangan -- sebagian sambil mengelus-elus perut, sebuah ungkapan yang menggantikan kalimat "aku lapar". Pemandangan ketika seorang ibu ikut menjulurkan tangan kanannya, sementara tangan kiri menahan kain yang menutupi tubuh bayinya -- sebuah ungkapan kasih naluriah seorang ibu yang sedang melindungi bayinya dari panas terik matahari.

Begitu lampu hijau menyala, anak-anak ini menyingkir; ibu dengan bayinya juga ikut menyingkir. Sebagian naik ke jalur hijau, sebagian lagi kembali ke pinggir jalan, menunggu lampu merah menyala kembali. Para pengendara yang sudah memberi uang receh maupun yang tidak punya kepedulian juga melanjutkan perjalanannya. Begitu seterusnya…

Gw teringat enam – tujuh taun yang lalu, saat gw masih aktif mengajar anak jalan di sebuah rumah singgah di Bilangan Jakarta Timur. Betapa mereka sangat serius untuk belajar dan ingin tahu akan banyak hal. Cita cita mereka semua sangat mulia,
Seorang anak ingin menjadi dokter yang mengabdikan hidupnya utk orang miskin, yang lainnya bercerita kalo ia ingin jadi bisnisman sukses. ada pula yang ingin jadiu guru. Menyenangkan bgt waktu itu. Namun, ketika tuntutan hidup dan realita akan hidup yang keras, ditambah kenyataan membuat mereka realistis. Daripada sekolah mending nyari uang. Apakah Negara ini ga peduli sama mereka? Apakah mereka ga boleh pinter? Hanya segelintir orang yang peduli> Salut untuk Bang Iwan Fals, lewat lagunya..

Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran

Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepang

Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi

( Iwan Fals ; Sore Tugu Pancoran )

Selamat Hari anak nasional, 23 Juli

Selasa, 21 Juli 2009

Dmassiv, antara plagiat n single inspiratif

Awalnya sempet ilfil ma ni band...
Lagunya aneh, ga enak di denger, judulnya cinta ini membunuhku. Tapi... gara gara seorang dosen yang
sangat akrab dengan saya,yang sering saya hubungi via telpon. Nada sambungnya ya lagu itu, akhirnya saya mulai menikmati lagu itu. Awalnya siy terpaksa, tapi, lama kelamaan ni lagu memaksa masuk ke mp3 hp ma laptop saya.. dan akhirnya masuklah ia dan beberapa orang rekannya, satu album. Iseng iseng didenger pas lagi tidur tiduran di kamar, eh ndilalah koq enak enak ya lagunya...

Akhirnya, satu persatu mereka memulai eksistensinya di layar kaca dan dibuatin video klipnya..
merindukanmu, diam tanpa kata, dan yang lain lainnya. Tambah eksis aja mereka tuh di tipi milik keluarga saya.

jam berganti jam, hari berganti hari, bulan berganti mulan, Ratu berganti personil, pasha akhirnya cerai, luna ngaku pacaran ma ariel, eh ujug ujug dapet info dari seorang temen, kalo lagu lagu demasip tuh plagiat. ngejiplak dari lagu luar. Enntah judulnya apa n bandnya apa gw lupa.. Wah, jadi ilpil lagi ma niy band... saya apus dah semua lagu2nya. Sampai tak bersisa sedikitpun. Berangus plagitor deh waktu ntu moto nya... akhirnya ni band sepi dari job deh..

Eh, beberapa minggu lalu, baru melek di pagi hari. Nyetel tipi, yang langsung nongol adalah acara musik musikan yang menjamur. Setidaknya ada 3 acara musik musikan dipagi hari. Tapi bukan itu yang mau diomongin... tapi demasip. Nah, mereka nongol lagi dah tuh. Pikir saya " koq masi ada nyang mau manggil mereka". Trus akhirnya, kita masing2 melanjutkan aktipitas masing masing. De masip nyari duit dengan menyanyi, saya kembali tidur. ( loh??)
Besoknya niy, pagi pagi juga. tapi ga terlalu pagi deh, jam 9 pagi. ada lagi tuh band di acara musik masikan juga. Karena saya ga ngantuk, yah terpaksa saya dengerin deh......
Eh, lho koq lagunya enak niy. Liriknya oke juga. Wah jadi semangat deh nontonnya. Dengan grasa grusu saya cari makanan kecil di kamar. GA ADA... gawat niy.. akhirnya keluarlah saya menempuh perjalanan panjang ke depan rumah buat ngambil makanan kecil. Pas balik, lagunya udah abis.. ( ga nyambung niy)

baydewey, sorenya video klipnya muncul. akhirnya bisa mantengin tuh lagu. Daan semakin suka ma lagunya. Like this lah pokokna mah. Liriknya keren. Inspiratif buat setiap kita. manusiawi. Dan akhirnya, dimata saya D'Massiv dengan sempurna menutup "dosa" plagiatnya dengan sebuah single inspiratif...
Sebuah lagu dengan pesan moral yang penting, ditengah kerumunan lagu lagu cinta yang ga jelas.

*Jangan menyerah*


Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi

Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Back to Reff 1

Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa

Back to Reff 1
Back to Reff 2

Senin, 20 Juli 2009

Meng-AC kan seluruh KRL Jabotabek



bermula dari membaca. sebuah majalah yang saya beli tiap bulan. Majalah Kereta Api. udh lupa edisi keberapa. disitu ditulis, bahwa PT KAI dalam hal ini anak perusahaannya yaitu PT KCJ.. ( apalagi ini???) Kereta api Commuter Jakarta. Berencana meng - AC kan seluruh armada KRL nya. Jadi nantinya udeh kaga ada tuh KRL ekonomi. Yang ada minimal ekonomi AC.. cuma yang jadi masalah, adalah ga semua barang barang bawaam penumpang " layak" di-AC kan... sering kan ngeliat pedagang pedagang dari mana mana ngebawa dagangannya pake kereta.... Buah buahan, sayur juga ada. masa iye begonoan mau masuk KRL AC. Bukan, bukan dari sisi subjektif seorang penumpang KRL yang merasa ameh kek gituan masuk KRL AC.

Secara objektif, hal itu malah bisa bikin repot nantinya.. kenyamanan jadi terganggu, para pedagang itu ga bisa dapet tarif murah lg. ( bayangin aja, cuma maksimal 2500 perak udah bisa antar kota antar propinsi ). Jadi, kalopun menurut saya, ya sebaiknya jangan dihilangkan KRL ekonomi, hanya saja, frekuensinya bisa dikurangi. soalnya dari sisi sosial itu ga positif.. keberadaan kereta ini jelas sangat membantu warga berpenghasilan pas-pasan untuk bisa beraktivitas diantara dua kota tersebut secara mobile.

Hanya sayangnya selama ini PTKA seperti tak mengurus dengan benar keberadaan kereta sejuta umat ini. Kondisi gerbongnya memprihatinkan, kaca-kaca pecah, penuh coretan, pintu yang tak pernah tertutup. Belum lagi angka kriminalitas di atas kereta yang tergolong tinggi karena minimnya penjagaan petugas.

Semua itu melengkapi penderitaan dan cap sebagai kereta kelas kambing! Maaf ini bukan lelucon, karena kambing pun bisa naik KRL jenis ini, seperti halnya segala macam pedagang. lainnya.

****

Di tempat ini, saya seperti melihat realita kehidupan. Banyak jenis orang di dalamnya . Bahkan tempat ini seperti pasar berjalan karena banyak sekali yang berjualan di atas kereta. segala ada. Buah buahan, minuman, segala jenis makanan, buku, koran, bahkan alat alat yg unik pun ada. saya amat suka suasananya! Apalagi kalo saat saat tertentu dimana si ekonomi sepi... Indah banget tu! Angin sepoi-sepoi, sambil melihat orang lalu lalang jualan barang. Pemandangan sepanjang rel yang membuat saya selalu menapak ke bumi.

Akhirnya semua kembali kepada mereka yang memimpin negara ini. Mengambil tindakan yang tidak populis, dan mengutamakan profit layaknya sebuah Perseroan terbatas, atau memakai hati nurani dalam mengambil kebijakan? saya hanya seseorang yang cuma bisa mengintip dari sudut.

Senin, 09 Maret 2009

akhirnya motivasi itu sampai juga ke titik nol. gw ngerasa semua perjuangan gw sia sia. ga ada artinya. biarlah keadaan kembali seperti dulu lagi. Mungkin Tuhan ga sedeket dulu, tapi setidaknya gw ga merasa sendiri. Gw percayaaaaa banget kalo Alloh ga kan ngasi umatnya ujian melebihi kemampuannya. Lha wong udh jelas2 ada di AlQur'an tho. Tapi kali ini gw bener2 drop. Mungkin ini titik nadir dalam hidup gw. Segalanya lebur, kembali bersatu dengan tanah. Perjuangan satu tahun setengah itu terasa sia sia. walwpun teorinya, ga ada sesuatu yang sia sia..

Ingin sekali menjadi orang egois, tapi gw ga bisa.. Ingin juga marah, tapi ga sanggup. Ingin mengumpat, tapi ga ada yang bisa diumpat. Ingin melakukan dosa, tapi gw ga mau mendzalimi diri sendiri. 

Senin, 16 Februari 2009

Si Jiran yang loser

ini gara gara kemaren. Diawali dari sebuah obrolan tentang Indonesia - malaysia. Dimana banyak kerajinan asli indonesia, makanan khas indonesia, lagu indonesia, yang diakui oleh malingsia itu. Tapi ada beberapa yang diluar kewajaran. contohnya Rendang, didaftarinnya rendang padang,. tp moso dari malaysia. Pan udeh jelas jelas namanya RENDANG PADANG.. sejaka dahulu kala kaga pernah ade padang itu bagian dari malaysia... Bener2 eror n ga tau malu..... jadi geregetan...

Belom lagi lagu rasa sayange... udh jelas2 lagu itu ada unsur ambonnya, koq( lagi2) diakui malaysia... kaga ade juge sejarahnye, malaysia pake bahasa ambon... Piye iki... nah, yang bikin bete, koq pemerintah indonesia kayaknya ga ngapa ngapain gitu. adem adem aja. masi mau aja bersahabat. kayak ga punya nyali. Padahal sebenernya mereka tuh loser. bisa apa siy mereka selain plagiat ma nyiksa TKI... ada info, bahwa dari sepuluh chart lagu teratas malaysia, sembilan adalah milik lagu indonesia. yang satu pun keknya terpaksa diatro biar ga malu maluin sangadh...