Selasa, 27 Juli 2010

Tidak...

Ini adalah tentang sebuah kenyataan... Saat bermain main dengan gudang, saya melihat sesuatu teronggok dengan manis diujung sana.. Carrier biru pemberian seseorang bermata biru. Terpojok dipojok, seolah ingin tersenyum dan mengajak saya bertualang. Sahanat saya yang terlupakan yang terakhir bersoulmate dengan saya sekitar empat tahun lalu...
Gunung Dempo, Mahameru, dan beberapa tempat lainnya kita bersama. Ah, saya sudah memnjatuhkan talak dengannya tiga tahun lalu. Bukan karena saya selingkuh ataupun saya mendapat penggantinya yang lebih baik. Namun karena saya memutuskan untuk menyudahi aktifitas saya yang satu ini.

Namun, memandangnya membuat keinginan bersamanya kembali muncul. Ditambah ajakan dari teman untuk menjelajahi Puntjak Tertinggi Jawa. Saya goyah. Ingin kembali melakukannya. Bertafakur mengagumi Ciptaan-Nya dengan cara saya. Akhirnya saya mencoba kembali berdamai dengan hati dengan meninggalkan logika, bahwa saya sangat sibuk dengan setumpuk pekerjaan saya. ya. Ah, menyisihkan waktu dua minggu tidak terlalu sulit. Pikir saya.

Dan akhirnya, keinginan itu saya coba realisasikan. Tahap pertama, adalah -seusai janji saya setelah bercinta dengan Dempo, empat tahun lalu, bahwa saya tidak akan naik tanpa izin orangtua- meminta izin orangtua. yap, selama ini saya melakukan kegiatan ini tanpa izin dan bahkan tanpa sepengetahuan orangtua.

Jawaban ibu saya setelah saya meminta izin adalah : Tidak. Dengan alasan yang sangat masuk diakal.. dan setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya memutuskan untuk melupakan keinginan saya itu. Mungkin, selama ini saya bukanlah seorang anak yang patuh pada orangtua, namun, kali ini saya menurut. Karena kini, jiwa saya hanya tersisa setengahnya, setelah kepergian ayah. Dan saat orangtua saya yang tersisa, mengatakan tidak, maka itulah yang menjadi keputusan saya. Maaf jika mengecewakan, bukan kalian, tetapi hati ini.

Tidak ada komentar: